Paulus menceritakan segala hal yang dia
lakukan untuk melayani Kristus dan kemudian dia tambahkan, “tetapi bukannya
aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Kor. 15:10).
Paulus melihat kasih karunia Allah sebagai
sesuatu yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menyerahkan hidupnya bagi
Kristus. Dia mengerti bahwa kasih karunia Allah merupakan sesuatu yang tersedia
pada waktu-waktu dia sangat membutuhkan. Dia menyadari bahwa kasih karunia
Allah merupakan kekuatan yang memotivasi dibalik segala yang telah dia raih.
Saat utusan Iblis menyiksanya, Yesus menyatakan bahwa kasih karunia Allah yang
memberikan energi pada Paulus untuk mengalahkan serangan dari makluk roh supranatural
tersebut.
7 Dan supaya
aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu,
maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru
kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya
kuasa Kristus turun menaungi aku. 10
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di
dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab
jika aku lemah, maka aku kuat. (2
Kor 12:7-10)
Duri dalam daging Paulus ini bukanlah
kelemahan alami atau kecenderungan jasmani untuk berbuat dosa. “Duri dalam
daging” ini merupakan roh supranatural yang mengganggu dia dan merintangi
pemberitaannya.
Paulus bertemu dengan perlawanan sengit
kemanapun dia memberitakan Injil yang tanpa kompromi. Dalam surat-suratnya dia
menceritakan banyaknya penderitaan yang dia alami dalam membawa Injil kepada
orang-orang yang belum terjangkau.
Tuhan tidak berkata kepada Paulus bahwa Dia
akan menghilangkan roh setan yang menyerangnya pada saat dia bekerja dalam
Kerajaan Allah, akan tetapi Tuhan berkata bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”
“Paulus,” Yesus berkata, “Semua kuasa yang
engkau butuhkan sudah engkau miliki. Pencobaan yang engkau alami ini hanya
membawa pada batas akhir dirimu sehingga engkau dapat menemukan kelimpahan
kasih karunia yang ada didalammu untuk melawan dan mengalahkan serangan itu.
Percayalah pada kasih karunia itu untuk menolong engkau mengalahkan tantangan
yang engkau hadapi.”
Setelah mengalami berbagai pencobaan dalam
pelayanannya dan berdasarkan pengalamannya sendiri tentang “kasih karunia yang
membawa kemenangan”, Paulus mampu berkata dengan penuh keyakinan kepada seorang
hamba Tuhan muda - “ Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia
dalam Kristus Yesus.” (2 Tim. 2:1).
No comments:
Post a Comment