Para
pengajar itu mengatakan bahwa secara posisi kita dikuduskan di dalam Yesus; Dia
telah menjadi hikmat, kebenaran, kekudusan dan penebusan kita. Tetapi pada saat
yang sama mereka katakan bahwa secara pengalaman kita tidak dikuduskan.
Yesus telah
benar-benar dan sungguh-sungguh menjadi kekudusan kita.
Ingat,
Paulus menuliskan hal ini kepada jemaat di Korintus dan kita tahu bahwa ada
banyak dosa dan permasalahan di Korintus. Meskipun demikian, jemaat Korintus
diberi tahu, sebagai fakta yang lengkap, bahwa Yesus Kristus telah menjadi
hikmat, kebenaran, kekudusan dan penebusan mereka. Dia tidak menggunakan
kata-kata secara posisi dan secara pengalaman. Dia berbicara
tentang Yesus, kekudusan kita, sebagai sebuah realita. Yesus telah benar-benar
dan sungguh-sungguh menjadi kekudusan kita. Jika kekudusan datang melalui kasih
karunia, tidak ada seorang pun yang bisa bermegah atas dirinya sendiri, tetapi
barangsiapa yang bermegah, ”hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.” Jika
kita kita mengatakan bahwa kita dikuduskan hanya secara posisi saja, hal itu
menjadi tidak berarti – karena kita hidup dalam dunia pengalaman. Saya tidak
tertarik pada Yesus yang hanya sekedar dalam posisi teologia tetapi pada Yesus
Kristus yang sekarang ada di dalam saya, dalam realita, itulah
yang berarti.
Kita
membaca, ”Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati
bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus” (Rom 6:11).
Perhatikan
Paulus berkata “hendaknya kamu memandangnya (memperhitungkannya).” Ini bukanlah
sekedar sudut pandang teologia, tetapi sesuatu yang lebih nyata.
Memperhitungkan sesuatu berati benar-benar berpegang padanya. Dengan kata lain,
benar-benar berpegang pada fakta bahwa Anda telah mati bagi dosa. Paulus
melanjutkan, Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi
jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup”
(Rom 8:13). Jika kita mencoba untuk menjadi kudus melalui tenaga dan kekuatan
kita, hal itu hanya akan membawa kita ke dalam maut. Tetapi jika kita
mempraktekkan Perjanjian Baru, perjanjian oleh Roh, hal itu akan menghasilkan
kehidupan. Hukum
membunuh tetapi Roh memberi hidup.
Saat
Anda menghadapi situasi yang membingungkan, jadilah tenang dan akuilah bahwa
Yesus Kristus adalah hikmat Anda. Hal itu tidak membutuhkan waktu yang lama.
Anda tidak perlu berdoa selama satu jam untuk “mendapatkan terobosan” atau
untuk mendapatkan “pengurapan hikmat.”
Yesus
Kristus adalah hikmat Anda pada saat itu juga. Anda akan kagum akan bagaimana
hikmat-Nya menjadi nyata di dalam Anda. Anda kan menemukan bahwa dengan merujuk
kepada-Nya, jawaban akan datang dengan sangat cepat, bahkan di dalam situasi
yang sangat sulit sekalipun.
Saat
Anda digoda untuk berbuat dosa, jadilah tenang dan akuilah bahwa Yesus Kristus
adalah kebenaran Anda. Anda tidak perlu melawan. Saat Anda mengambil waktu
sejenak untuk mengakui bahwa Dia adalah kebenaran Anda, Anda akan memperhatikan
bagaimana hidup-Nya dinyatakan di dalam Anda.
Kemenangan
tidak didapatkan dengan berkata “TIDAK” kepada dosa, tetapi dengan berkata “YA”
kepada Yesus. Semakin kita berkata “tidak” kepada dosa, kita akan semakin sadar
akan dosa. Semakin kita berkata “ya” kepada Yesus, kita semakin sadar akan
Yesus, dan itulah saat dimana dosa kehilangan cengkramannya.
Kekudusan
kita berada dalam Yesus Kristus dan pada apa yang telah Dia lakukan. Hal itu
tidak tergantung pada Anda – tergantung pada Dia. Pandanglah karya yang telah
diselesaikan-Nya.
Jika
anda memiliki kepercayaan diri yang rendah dan merasa tidak berharga, jadilah
tenang dan akuilah bahwa Yesus adalah penebusan Anda. Anda akan mengalami
bagaimana hidup-Nya, kekuatan dan sukacitanya dinyatakan di dalam Anda.
Kekudusan Metode “buatan manusia”
Ada
metode “buatan manusia” mengenai kekudusan, bahkan di dalam dunia karismatik.
Salah satu pendeta berkata, “Kalau Anda memiliki kebiasaan dosa, Anda memiliki
roh jahat dalam kehidupan Anda.” Ini bukan yang diajarkan oleh Perjanjian Baru.
Kita bisa membaca tentang seseorang yang melakukan apa yang tidak ingin dia
lakukan (Roma pasal 7), tetapi dalam pasal itu tidak satupun disebutkan tentang
roh jahat. Akan tetapi orang tersebut sedang menggambarkan seseorang yang
mencoba menggenapi perintah Allah dengan kekuatannya sendiri. Semakin dia
berusaha untuk mentaati hukum Taurat dengan kekuatannya sendiri, yang terjadi
malah semakin buruk. Satu-satunya solusi untuk manusia “celaka” tersebut adalah
kasih karunia Allah yang melimpah. Semakin kita melihat Yesus Kristus
dinyatakan di dalam kita, kemenangan itu semakin dinyatakan dalam hidup kita.
Persenjataan
rohani dalam Efesus pasal 6 berhubungan dengan kasih karunia Allah. Ketopong
berbicara tentang keselamatan – kita diselamatkan oleh kasih karunia. Baju
zirah menunjuk pada keadilan – Yesus adalah keadilan kita. Ikat pinggang adalah
kebenaran – Yesus berkata, “Akulah kebenaran.” Pedang berbicara tentang Roh –
kita hidup di dalam perjanjian menurut Roh bukan menurut huruf. Kasut
melambangkan Injil damai sejahtera – damai sejahtera yang telah dibeli oleh
darah Yesus bagi kita.
Saya
melihat sebuah buku berjudul Christian – Set Yourself Free (Orang Kristen –
Bebaskanlah Dirimu Sendiri). Pernahkah Anda mendengar sesuatu yang begitu
konyol? Inikah perjanjian kita? Haruskah kita membebaskan diri kita sendiri?
Banyak orang akan mencobanya, tetapi saat mereka mencoba untuk membuat diri
mereka kudus dan merdeka, mereka tidak pernah benar-benar menjadi merdeka.
Mereka akan merasakan kebebasan dalam satu periode waktu yang singkat, dan
kemudian mereka akan mulai mencari kebebasan itu lagi.
Penggunaan
frase “KATAKAN TIDAK” sangat terkenal. Pengajaran ini menekankan pada kekuatan
kehendak kita sendiri untuk menjadikan diri kita kudus. Saat kehendak kita
bertarung dengan dosa, kekuatan kehendak kita akan selalu kalah. Jika kekuatan
kehendak kita sendiri bisa menghasilkan kekudusan, kematian dan kebangkitan
Yesus itu sia-sia.
Apa yang harus
kita lakukan?
Banyak
yang akan bertanya, “Apa yang harus kita lakukan? Pastinya kita harus melakukan
sesuatu!” Ya, sangat penting bagi kita untuk mengerti bagian kita. Kita percaya
dan menerima apa yang telah disiapkan Yesus bagi kita dan mengijinkan Dia untuk
bekerja di dalam kita. Hal ini sangat radikal, karena itu saya akan memberikan
beberapa ayat Alkitab untuk menguatkannya.
“Semoga
Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan
tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus,
Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tes
5:23-24).
Siapa
yang menguduskan kamu sepenuhnya? – “Allah damai sejahtera.”
Siapa
yang setia? – “Ia yang memanggil kamu.”
Kekudusan
tidak berdasarkan pada usaha kita, tetapi merupakan karya Allah di dalam kita.
”Maka
Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa
kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan
kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan
kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh
Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” (Ibr 13:20-21)
Siapa
yang memperlengkapi kita dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya?
– “Allah damai sejahtera.”
Siapa
yang membuat kita mengerjakan apa yang berkenan dihadapan Allah? – “Gembala
Agung.”
Bagaimana
Dia menguduskan kita? – “Oleh darah perjanjian yang kekal.”
Apa
yang harus kita lakukan? – Memberikan “kemuliaan sampai selama-lamanya”
kepada-Nya.
Jadi
semua itu tergantung pada Yesus. Dialah kebenaran, penebusan, kekudusan dan
hikmat kita.
Apa
yang dilakukan Allah dalam Perjanjian Lama terkadang menakutkan. Apakah Anda
ingat saat Allah bergemuruh di gunung Sinai? Mereka semua panik, termasuk Musa.
Sinai merupakan demonstrasi dari kekudusan Allah dan hal itu membuat takut
manusia. Kekudusan dan pengudusan yang dinyatakan melalui Yesus tidak
menakutkan – melainkan menarik.
Saat
Musa turun dari gunung Sinai, orang-orang lari karena ketakutan. Saat Yesus
turun dari gunung transfigurasi, kita bisa membaca: Begitu orang-orang itu
melihat Yesus, mereka tercengang, lalu berlari-lari menyambut Dia”
(Mark 9:15 BIS)
Kemuliaan
Perjanjian Lama menakutkan, tetapi kemuliaan Perjanjian Baru menarik.
Jangan
kecil hati bila seseorang tidak berubah dalam semalam. Allah tidak mengirimkan
Yesus untuk mengubah perilaku manusia, tetapi untuk memberikan hati yang baru
bagi kita. Begitu hati menjadi baru, perilaku juga akan berubah.
Paulus
menulis, ”Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam
kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan
penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan
menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (2 Tes 2:16-17).
Siapa
yang menguatkan kita dalam segala pekerjaan baik? – “Tuhan Yesus Kristus
sendiri.” Saat kita mencoba untuk menjadi kudus melalui usaha kita sendiri, hal
itu akan membawa kepada kegelisahan dan kesukaran. Cara Allah memberikan hasil
positif pada kita – “penghiburan abadi dan pengharapan baik” melalui “kasih
karunia” Allah.
Kekudusan
bukanlah apa yang dapat kita lakukan, tetapi apa yang dilakukan Yesus di dalam
kita. Tugas kita hanyalah percaya dan mempercayakan diri kita kepada-Nya. Kita
dapat hidup dalam kehidupan yang kudus, tetapi bukan dengan kekuatan kita
sendiri. Kekudusan yang sejati adalah kehidupan Yesus di dalam kita.
Haleluya!!!