VISI:

VISI:

KOMUNITAS yang berfokus kepada Yesus dan sadar bahwa setiap orang percaya hidupnya tersembunyi dengan Kristus di dalam Allah

MISI:

Melihat Yesus dalam seluruh keindahan-Nya dan membuat Dia dikenal melalui Pemberitaan Injil

Tuesday, June 26, 2012

R.I.P

Anda  mungkin sering baca tulisan R.I.P (rest in peace) di tempat pemakaman/ kuburan. dan ketika anda membacanya, anda pasti langsung paham kalau orang yang namanya tercantum dalam batu nisan itu telah meninggal dunia.

tetapi apa yang terjadi jika nama pada batu nisan itu adalah nama anda?

"apakah saya sudah mati?" tentunya itulah yang ada dalam benak anda.

Kebenarannya adalah bahwa kita telah mati di dalam Kristus!

Inilah tempat dimana hal yang tidak dapat dipahami terjadi: Melalui Dia menjadi satu dengan kita, kita menjadi satu dengan Dia. Karena Dia menjalani kematian kita, kita juga diperhitungkan mati.  Kita telah mati bersama dengan Dia dan dengan cara itu kita telah mati bagi dosa dan telah mati bagi dunia.
Kesatuan kita dengan Dia menjadikan Dia sebagai kebenaran, pengudusan dan penebusan kita. 

Inilah pesannya:
“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.” (Rom 6:5-8)

Ayat-ayat ini menunjukkan bagaimana kita telah mati bersama dengan Yesus, sekali untuk selamanya dan sekarang kita hidup dalam kehidupan dimana kita telah mati terhadap dosa. 

Pesan ini dalam Roma 6 sangat jelas dan tidak salah. Bacalah tanpa prasangka sebelumnya. Saya pikir Anda akan mengeri bahwa pesan ini belum berakar dalam kekristenan pada saat ini. Tradisi telah meletakkan selubung atas kebenaran, dan selubung itu perlu untuk dibuang.

Karena kita telah Mati bersama dengan Dia, kita juga dibangkitkan bersama dengan Dia dan didudukkan bersama dengan Dia di sorga. Kita ada dimana Dia ada dan Dia ada dimana kita ada.

haleluya!!!

Tuesday, June 5, 2012

Duri Dalam Daging


Paulus menceritakan segala hal yang dia lakukan untuk melayani Kristus dan kemudian dia tambahkan, “tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku” (1 Kor. 15:10). 

Paulus melihat kasih karunia Allah sebagai sesuatu yang memberikan kekuatan kepadanya untuk menyerahkan hidupnya bagi Kristus. Dia mengerti bahwa kasih karunia Allah merupakan sesuatu yang tersedia pada waktu-waktu dia sangat membutuhkan. Dia menyadari bahwa kasih karunia Allah merupakan kekuatan yang memotivasi dibalik segala yang telah dia raih. Saat utusan Iblis menyiksanya, Yesus menyatakan bahwa kasih karunia Allah yang memberikan energi pada Paulus untuk mengalahkan serangan dari makluk roh supranatural tersebut. 

7  Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8  Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9  Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10  Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2 Kor 12:7-10)

Duri dalam daging Paulus ini bukanlah kelemahan alami atau kecenderungan jasmani untuk berbuat dosa. “Duri dalam daging” ini merupakan roh supranatural yang mengganggu dia dan merintangi pemberitaannya. 

Paulus bertemu dengan perlawanan sengit kemanapun dia memberitakan Injil yang tanpa kompromi. Dalam surat-suratnya dia menceritakan banyaknya penderitaan yang dia alami dalam membawa Injil kepada orang-orang yang belum terjangkau. 

Tuhan tidak berkata kepada Paulus bahwa Dia akan menghilangkan roh setan yang menyerangnya pada saat dia bekerja dalam Kerajaan Allah, akan tetapi Tuhan berkata bahwa “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” 

“Paulus,” Yesus berkata, “Semua kuasa yang engkau butuhkan sudah engkau miliki. Pencobaan yang engkau alami ini hanya membawa pada batas akhir dirimu sehingga engkau dapat menemukan kelimpahan kasih karunia yang ada didalammu untuk melawan dan mengalahkan serangan itu. Percayalah pada kasih karunia itu untuk menolong engkau mengalahkan tantangan yang engkau hadapi.” 

Setelah mengalami berbagai pencobaan dalam pelayanannya dan berdasarkan pengalamannya sendiri tentang “kasih karunia yang membawa kemenangan”, Paulus mampu berkata dengan penuh keyakinan kepada seorang hamba Tuhan muda - “ Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Tim. 2:1).